Manusia mana yang
tidak ingin bahagia. Tentu kita semua ingin bahagia, hanya saja banyak orang
yang tidak tahu arti kebahagiaan yang hakiki, atau tidak tahu jalan menuju
kebahagiaan itu, atau pura-pura tidak tahu karena hawa nafsu syahwat dan
syubhat. Seorang ulama mengabarkan kepada kita tentang ciri dari kebahagian
itu, yaitu: Apabila diberi ia bersyukur, jika ditimpa musibah ia bersabar, dan
bila berdosa ia segera beristighfar (meminta ampun kepada Allah). (al-Ushul al-Arba’, Syaikh
Muhamad bin Sulaiman at-Tamimi)
Poin yang ketiga inilah
yang insyaAllah akan kita renungi bersama, karena betapa hebatnya
manusia sekarang melakukan dosa, baik secara sembunyi-sembunyi ataupun
terang-terangan, baik siang ataupun malam. Sikap terbaik bagi orang seperti ini
adalah beristighfar kepada Allah ta’ala. Allah berfirman di dalam hadits
qudsi:
“Wahai hamba-hamba-Ku, sesungguhnya kalian berbuat salah
siang dan malam, dan Aku Maha mangampuni dosa-dosa kalian semua, maka beristighfarlah
kepadaku, pasti Aku mengampuni kalian”. (HR. Muslim no. 2577)
Tidak bisa mengelak bahwa
kita juga pernah berbuat dosa dan maksiat, terasa ataupun tidak, karena tidak
ada anak Adam yang bisa terlepas dari dosa kecuali al-Ma’shum Rasulullah
n. Sebab jiwa manusia
cenderung menyuruh berbuat dosa, sehingga dapat dipastikan manusia akan
terjerumus kedalam dosa dan maksiat. Bahkan kalaulah hamba itu tidak berbuat
dosa, maka Allah akan menciptakan makhluk yang berbuat dosa, sebagaimana di jelaskan
dalam hadits shohih:
“Demi Dzat yang
jiwaku berada ditangan-Nya, sekiranya kalian tidak berbuat dosa, niscaya Allah
akan menggantikan kalian dengan suatu kaum yang berbuat dosa, kemudian mereka
beristighfar kepada Allah, maka Dia mengampuni mereka. (HR. Muslim no. 2749)
Diantara karunia,
anugerah dan rahmat Allah ta’ala kepada para hamba-Nya yaitu dimudahkannya
jalan untuk keluar dari gelimang maksiat dan dosa, walaupun seorang itu telah
sampai kepada puncak dosa sekalipun, asalkan ia mau benar-benar kembali. Dan
Allah akan terus membuka pintu taubat hingga matahari terbit dari barat. Sabda
Nabi n:
“Sesungguhnya
Allah ta’ala membentangkan tangan-Nya pada malam hari untuk mengampuni pelaku
dosa di siang hari, dan Dia membentangkan tangan-Nya di siang hari untuk
mengampuni pelaku dosa di malam hari sampai matahati terbit dari barat”. (HR. muslim no. 6979)
Bukankah Allah
telah mengampuni seorang pembunuh kelas kakap yang telah membunuh bukan hanya
satu, dua, atau tiga, tapi seratus, sebagaimana di jelaskan dalam hadits shohih
yang dikabarkan oleh Rasulullah n. Cukuplah ini
menjadi bukti akan luasnya ampunan dan rahmat Allah subhanahu wa ta’ala.
KEUTAMAAN ISTIGHFAR
Sesungguhnya
istighfar dari dosa dan maksiat merupakan keharusan bagi setiap muslim dan
merupakan esensi dari ubudiyahnya kepada Allah ta’ala, yang mana
agama tidak tegak kecuali dengan tauhid dan istighfar. (Baca surat Hud ayat
1-3)
Allah memberi
kemudahan kepada hamba-Nya untuk melakukan istighfar. Dia dapat melakukannya pada
situasi dan kondisi yang memungkinkan baginya, baik di waktu siang maupun
malam, sendirian atau di tengah keramaian, di waktu sehat maupun sakit, di
waktu safar atau mukim, dalam kondisi duduk maupun berdiri, dalam keadaan suci
ataupun berhadats. Maka, tidak ada alasan bagi seseorang untuk tidak beristighfar.
Sering kali Allah Robull
Alamin menyebutkan pentingnya beristighfar dan keutamaanya. Dia memuji ahli
taubat dan ahli istighfar di dalam kitab-Nya, demikian pula dengan Nabi-Nya
Muhammad n. Dan kami ingin menyebutkan
sebagian keutamaan istighfar yang telah diterangkan di dalam al-Qur’an dan as-Sunnah.
1. Penyebab Terhapusnya Dosa, Turunnya Hujan, serta Melimpahnya Harta dan
Keturunan.
Hal ini sebagaimana firman Allah ta’ala di dalam surat Nuh ayat
10-12. Firman-Nya:
“Maka Aku katakan kepada mereka: 'Mohonlah ampun kepada
Tuhan-mu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun. Niscaya Dia akan mengirimkan
hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan
mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu
sungai-sungai. (QS. Nuh: 10-12)
2. Penolak Bencana.
Allah ta’ala
berfirman:
“Dan Allah sekali-kali tidak akan mengadzab mereka,
sedang kamu berada di antara mereka, dan tidaklah (pula) Allah akan mengadzab
mereka, sedang mereka meminta ampun.” (QS. al-Anfal: 33)
3. Merupakan Amalan Rutin Rasulullah n.
Ini menunjukan bahwa
istighfar memiliki banyak keutamaan, kebaikan dan barokah. Rasulullah n biasa beristighfar sehari sebanyak tujuh puluh kali atau
bahkan lebih, padahal beliau -sebagaimana kita ketahui- telah diampuni dosanya,
baik yang lalu maupun yang akan datang. Maka bagaimana dengan kita yang setiap
siang dan malam berbuat dosa dan maksiat, sudah sepantasnya dan seharusnya kita
melakukan lebih banyak lagi.
Dari al-Aghar al-Muzaniz, bahwasanya Rasulullah n bersabda:
“Sungguh aku memohon ampun kepada Allah setiap hari
sebanyak seratus kali”. (HR. Muslim no. 2702)
4. Merupakan Syiar para Nabi.
Tidak ada seorang Nabi
pun kecuali beristighfar dan berdoa untuk dirinya sendiri dan umatnya. Lihatlah
bapak kita Adam ‘alaihissalam meminta ampunan kepada Allah, juga Nabi
Musa dan Nabi Daud serta yang lainya ‘alaihimussalam.
5. Merupakan Pondasi Ibadah.
Dikatakan pondasi ibadah
karena dengan beristighfar berarti seorang hamba telah merendahkan diri, tunduk
patuh di hadapan yang mengurus segala urusan, yaitu Allah subhanahu ta’ala.
Tiada yang berhak diibadahi kecuali Dia semata.
6. Merupakan Kebutuhan Manusia.
Seorang manusia sangat
butuh beristighfar kepada Allah ta’ala,
karena ia terus berbuat salah, baik siang maupun malam, sebagaimana yang
telah disebutkan di atas. Apabila ia beristighfar, maka Allah akan
mengampuninya.
KEUTAMAAN
ISTIGHFAR DI WAKTU SAHAR
Istighfar disyariatkan di
setiap waktu, namun menjadi wajib apabila seorang hamba melakukan dosa dan
maksiat, dan dianjurkan setelah mengerjakan amalan shalih; seperti setelah
sholat fardhu lima waktu, terlebih lagi di sepertiga malam terakhir, sebab Allah
ta’ala banyak memuji para hamba-Nya yang meminta ampun di waktu
tersebut.
Ketika malam semakin
gelap, sunyi, sepi tanpa suara, waktu itulah yang tepat untuk bermunajat,
berbisik-bisik bersama Sang Khaliq, menyendiri bersama-Nya, mencurahkan isi
hatinya dan kebutuhan kepada-Nya semata. Ketika hati bisa khusyu’ ingat Rabb
alam semesta, mengakui kelemahan diri dan mengagungkan kebesaran Tuhan, maka
hati menjadi tenang karena berdzikir kepada Pemilik langit dan bumi, hati bisa
riang karena keluasan rahmat dan karunia-nya. Allah ta’ala berfirman
seraya memuji mereka:
“Dan Allah Maha melihat
hamba-hamba-Nya. (Yaitu) orang-orang yang berdoa: ‘Ya Tuhan kami, sesungguhnya
kami telah beriman, maka ampunilah segala dosa kami dan peliharalah kami dari
siksa neraka’. (Yaitu) orang-orang yang sabar, yang benar, yang tetap taat,
yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah), dan yang memohon ampun di
waktu sahar.” (QS. Ali Imron: 15-17)
Firman-Nya:
“Sesungguhnya orang-orang
yang bertaqwa itu berada dalam taman-taman (surga) dan mata air-mata air,
sambil menerima segala pemberian Rabb mereka. Sesungguhnya mereka sebelum itu
di dunia adalah orang-orang yang berbuat kebaikan. di dunia mereka sedikit
sekali tidur diwaktu malam, dan selalu memohon ampunan di waktu
sahar.” (QS.
adz-Dzariyat: 15-18)
Kata ‘Ashar’ merupakan
bentuk jamak dari kata ‘sahar’ yang bermakna sepertiga malam terakhir
atau waktu sebelum fajar. Pengkhususan waktu sahar dengan beristighfar, karena
pada saat itu doa mustajab, dan badan terasa berat beribadah di waktu itu.
Allah ta’ala
berfirman dalam sebuah hadits qudsi pada waktu tersebut:
“Manakah orang yang beristighfar, sehingga Aku ampuni
dia. (HR. Bukhari
& Muslim)
Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyah v berkata:“Pada akhir
malam di hati manusia ada konsentrasi, kedekatan, dan kelembutan yang tidak
didapati di waktu lain, dan ini sangat cocok dengan turunnya Allah ke langit
dunia. Dia berfirman: “Adakah orang yang berdo’a? Adakah orang yang meminta?
Adakah orang yang bertaubat”? (al-Istighfar, Aziz bin Farhan hlm.
35)
Tidaklah Allah turun ke
langit dunia kecuali di waktu sahar. Ini merupakan kesempatan terbaik bagi
hamba untuk berkomunikasi lebih dekat bersama Pemiliknya, Pengurusnya setelah lalai
di siang hari. mengadukan segala keluh kesahnya, meminta segala keinginannya.
Sebab tidaklah Allah turun dalam satu hari kecuali pada waktu sepertiga malam.
Sabda Nabi n:
“Tuhan kita
tabaroka wa ta’ala senantiasa turun ke langit dunia setiap malam ketika tersisa
sepertiga malam terakhir. Dia berfirman: Siapa berdo’a kepada-Ku maka Aku
kabulkan, siapa meminta kepada-Ku akan Aku beri, siapa yang beristighfar maka
Aku ampuni.”( HR. Muslim no.
1772)
TELADAN GENERASI
SALAF
Para salaf (generasi
terdahulu) yang tidak diragukan lagi semangat mereka dalam beribadah, terus
berlomba dalam kebaikan dan takwa. Mereka saling mengalahkan satu sama lain
dalam masalah ibadah. Sehingga hal ini dipuji oleh Allah ta’ala dalam
al-Qur’an dan di dalam hadits Rasulullah n sebagai generasi
terbaik umat ini.
Adalah Abdullah ibnu
Umar, sebagaimana diriwayatkan dari Nafi, ia berkata:” Ibnu Umar senantiasa
menghidupkan malamnya dengan sholat. Ia bertanya:” Wahai Nafi, apakah sekarang
sudah sampai sepertiga malam? Apabila aku jawab belum, beliau melanjutkan
sholatnya dan apabila aku katakan iya, beliau duduk dan beristighfar sampai
datang waktu shubuh. (Risalah al-Istighfar bil Ashar, Dr. Utsman)
Ibnu AbbaszBerkata: “Dulu kita mempunyai dua pengaman, salah
satunya telah tiada, sedangkan yang satunya masih tersisa”. (al-Istighfar,. Hlm. 136)
Maksud beliau, pengaman yang
pertama adalah Rasulullah n dan yang kedua adalah
istighfar kepada Allah ta’ala.
Ketahuilah wahai
saudaraku! tidak ada lagi benteng terakhir untuk menolak bencana kecuali dengan
beristighfar kepada Pemilik langit dan bumi. Oleh karena itu, marilah kita
selalu beristighfar siang dan malam, mudah-mudahan dosa kita dimaafkan
oleh-Nya.
(Oleh:
Ahmad Taufiq)
No comments:
Post a Comment