quransunnahpemahamansahabat. Powered by Blogger.

About us

Flickr

Find Us On Facebook

Advertisement

Featured Video

Featured Video

Video Of Day

Rekomendasi Kami

Popular Posts

Kamu Pasti Tertarik

MoreBaru diupdate

Latest Products


Dalam mengarungi bahtera kehidupan dunia fana ini, manusia tidak selalu berada di atas, namun terkadang ia berada di bawah. Ia juga tidak akan senantiasa berada dalam kebahagiaan, namun kadang kala ia merasakan kesedihan. Demikian pula dalam masalah kesehatan. Tidak ada manusia yang hidup di dunia ini selalu dalam keadaan sehat wal afiyat. Akan tetapi, terkadang penyakit datang kepada dirinya, menyapa dirinya untuk waktu yang sementara.
Itulah dua sisi kehidupan manusia yang berbeda, kadang kala ia mendapatkan kenikmatan dengan berbagai macamnya dan terkadang ia mendapatkan musibah dengan aneka ragam jenisnya. Kadang kala ia mendapatkan kemenangan, dan terkadang pula ia menelan kekalahan. Itu semua merupakan sunnatullah bagi setiap hamba-Nya.
Allah ta’ala berfirman:
 ۥ‌ۚ وَتِلۡكَ ٱلۡأَيَّامُ نُدَاوِلُهَا بَيۡنَ ٱلنَّا»
Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran). (QS. Ali Imron: 140)
Maka itu, agar penyakit tak menambah hati menjadi sempit, agar musibah tak membuat hati kian susah, diperlukan kiat-kiat tertentu. Semoga saja, tulisan ringkas ini dapat mewakili dan menjadi solusi untuk mewujudkannya. Di bawah ini beberapa kiat tersebut. Selamat menyimak!
1.       MENGETAHUI BAHWA PENYAKIT MERUPAKAN TAKDIR ALLAH.
Ketahuilah, rukun Iman ada enam, di antaranya beriman kepada takdir Allah, yang baik dan yang buruk. Kemudian ketahuilah, tidak setiap orang selalu mendapatkan takdir yang baik. Terkadang ia akan mendapatkan takdir yang tidak baik seperti penyakit dan musibah.
Namun, bila kita perhatikan dengan seksama, takdir Allah yang manusia anggap buruk tersebut, ternyata mengandung hikmah yang begitu mendalam. Di balik itu banyak hal yang Allah sediakan bagi hamba-Nya. Mungkin sebagai teguran agar ia kembali ke jalan-Nya, pahala besar bagi yang bersabar, dileburkannya dosa-dosa dan kesalahan, balasan di akhirat dengan surga, serta berbagai hikmah mulia lainnya.
Allah ta’ala berfirman menjelaskan bahwa segala sesuatu telah ditetapkan sesuai takdir-Nya:
مَآ أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ۬ فِى ٱلۡأَرۡضِ وَلَا فِىٓ أَنفُسِكُمۡ إِلَّا فِى ڪِتَـٰبٍ۬ مِّن قَبۡلِ أَن نَّبۡرَأَهَآ‌ۚ إِنَّ ذَٲلِكَ عَلَى ٱللَّهِ يَسِيرٌ۬ (٢٢)
“Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam Kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.” (QS. al-Hadid: 22)
Firman-Nya:
مَآ أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذۡنِ ٱللَّهِ‌ۗ وَمَن يُؤۡمِنۢ بِٱللَّهِ يَہۡدِ قَلۡبَهُ ۥ‌ۚ وَٱللَّهُ بِكُلِّ شَىۡءٍ عَلِيمٌ۬ (١١)
“Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan ijin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu.” (QS. at-Taghabun: 11)
Musibah dan penyakit merupakan ketentuan Allah azza wa jalla. Maka itu, hendaklah seorang muslim yang diuji dengan keduanya pandai mencari hikmah yang ada dibaliknya. Minimal, hendaklah ia bersabar, agar kucuran pahala dari Allah ta’ala selalu mengalir kepadanya.


2.       MENGETAHUI BAHWA PENYAKIT ADALAH TANDA CINTA ALLAH KEPADA HAMBA-NYA.
Dalam hal ini Rasulullah n pernah menjelaskan:  
مَنْ يُرِدِ الله بِهِ خَيْرًا يُصِبْ مِنْهُ.
“Siapa yang Allah kehendaki padanya kebaikan, niscaya akan diuji dengan musibah.” (HR. Bukhari)
Dalam hadits lain Nabi n bersabda:
إِنَّ اللَّهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا اِبْتَلاَهُمْ.
“Sesungguhnya apabila Allah mencintai suatu kaum Dia akan menurunkan ujian kepada mereka.” (Hadits hasan riwayat at-Tirmidzi 7/77)
Hal tersebut tidak hanya menimpa kita, namun telah menimpa manusia baik seperti para Nabi dan Rasul, dimana mereka adalah manusia yang paling baik iman dan amalnya.
Aisyah x pernah bercerita bagaimana Nabi n dahulu mendapatkan beratnya ujian penyakit dari Allah ta’ala. Ia berkata:
مَا رَأَيْتُ أَحَدًا أَشَدَّ عَلَيْهِ الْوَجَعُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.
“Aku tidak pernah melihat seorangpun yang lebih berat penyakitnya dari para Rasulullah n.“ (HR. al-Bukhari & Muslim)

3.     MENGETAHUI BAHWA PENYAKIT SEBAGAI KAFFAROH (PELEBUR DOSA) BAGI HAMBA.
Nabi n bersabda:
مَا يُصِيْبُ الْمُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ وَلاَ وَصَبٍ وَلاَ هَمٍّ وَلاَ حُزْنٍ وَلاَ أَذًى وَلاَ غَمٍّ حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا إِلاَّ كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ.
Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu kepayahan, penyakit, gundah-gulana, kesedihan, gangguan, suatu yang menyesakkan hati, hingga sebuah duri yang menusuknya, melainkan dengan semua itu Allah akan hapuskan dosa-dosanya.” (HR. Bukhari & Muslim)
Beliau n juga bersabda:
مَا مِنْ مُسْلِمٍ يُصِيْبُهُ أَذًى مِنْ مَرَضٍ فَمَا سِوَاهُ، إِلاَّ حَطَّ اللَّهُ بِهِ سَيِّئَاتِهِ كَمَا تَحُطُّ الشَّجَرَةُ وَرَقَهَا.
“Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu penyakit atau sejenisnya, melainkan dengan sebab itu Allah akan menggugurkan dosa-dosanya, seperti pohon yang menggugurkan dedaunannya.” (al-Bukhari & Muslim)

4. MENGETAHUI BAHWA COBAAN DARI ALLAH BUKAN HANYA ADA PADA PENYAKIT DAN MUSIBAH, NAMUN JUGA ADA PADA KEKAYAAN DAN HARTA (KENIKMATAN).
Allah ta'ala berfirman:
â Nßg»tRöqn=t/ur ÏM»oY|¡ysø9$$Î/ ÏN$t«Íh¡¡9$#ur öNßg¯=yès9 tbqãèÅ_ötƒ ÇÊÏÑÈ á
“Dan kami coba mereka dengan (nikmat) yang baik-baik dan (bencana) yang buruk-buruk, agar mereka kembali (kepada kebenaran).” (QS. al-A'raf: `68)
Asy-Syaukani v berkata seraya menafsirkan ayat di atas: “(Maksudnya) Kami uji mereka dengan kebaikan dan kejelekan, dengan harapan mereka meninggalkan kekufuran dan maksiat.” (Tafsir Fathul Qodir, pada surat al-A’raf ayat 68)
Allah ta’ala juga berfirman:
 وَنَبۡلُوكُم بِٱلشَّرِّ وَٱلۡخَيۡرِ فِتۡنَةً۬‌ۖ
“Kami akan menguji kalian dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan.” (QS. al-Anbiya`: 35)
Ibnu Katsir v berkata: “Maksudnya, Kami turunkan cobaan kepada kalian, sesekali dengan musibah, sesekali dengan kenikmatan, agar Kami bisa tahu siapa yang bersyukur dan siapa yang kufur, siapa yang bersabar dan siapa yang berputus asa.” (Tafsir Ibn Katsir, pada surat al-Anbiya` ayat 35)

5.       MENGETAHUI BAHWA PENYAKIT MENJADI SEBAB MASUKNYA SEORANG HAMBA KE DALAM SURGA.
Atho`zberkata: "Ibnu Abbas berkata kepadaku: Maukah kamu aku beritahu seorang wanita penghuni surga?" "Tentu saja", jawabku.
Ibnu Abbaszberkata: "Wanita berkulit hitam itu, ia pernah menemui Nabi n dan berkata: "Sesungguhnya aku terkena penyakit ayan dan auratku terkadang tersingkap tanpa aku sadari, maka itu berdoalah kepada Allah untukku."
Beliau n bersabda: "Jika engkau mau, engkau bisa bersabar maka bagimu surga. Dan jika engkau mau, aku bisa berdoa kepada Allah agar menyembuhkanmu."
Ia berkata: "Aku bisa bersabar". Lalu ia berkata: "Sesungguhnya auratku terkadang tersingkap tanpa aku sadari, maka berdoalah kepada Allah agar auratku tidak tersingkap lagi." Maka beliau mendoakan wanita itu. (HR. al-Bukhari & Muslim)
Sikap manusia yang tertimpa penyakit atau musibah itu terbagi menjadi empat golongan: Pertama, Marah. Orang yang seperti ini dia tidak akan mendapatkan pahala dari Allah ta’ala, bahkan ia berdosa lantaran hal tersebut. Kedua, Sabar. Sikap inilah yang wajib bagi setiap muslim yang tertimpa suatu penyakit. Maka itu, berusahalah agar kesabaran selalu ada pada diri kita, baik ketika ada musibah maupun tidak. Ulama berkata: “Sabar ialah sikap penuh adab dalam menghadapi ujian dari Allah.” Yang lain berkata: “Yakni merasakan pahitnya cobaan tanpa bermuka masam.” Ketiga, Ridho. Tingkatan ini lebih tinggi dari sekedar bersabar. Karena hatinya merasa lapang dengan keputusan Allah dan tidak merasakan pahitnya cobaan. Sekalipun rasa sakit itu ada, maka sikap ridho tersebut meringankannya. Semakin kuat ia, maka rasa sakit tersebut semakin tak terasa. Keempat, Bersyukur. Sebab ia tahu betul bahwa di balik musibah tersimpan banyak hikmah, diketahui oleh orang yang tahu dan tidak diketahui oleh selainnya.

6.  MENGETAHUI BAHWA PENYAKIT ADALAH COBAAN DARI ALLAH YANG DAPAT MENGINGATKAN KITA DARI KELALAIAN DAN SEBAGAI TEGURAN.
Mungkin selama ini kita jauh dari jalan Allah ta’ala, sehingga karena kasih sayang dan rahmat-Nya kepada kita, Dia menegur kita dengan sedikit ujian, agar kita dapat kembali menuju jalan yang lurus. Maka, hendaklah orang yang diuji Allah dengan penyakit dapat bersabar, ridha, atau bahkan bersyukur kepada-Nya. (Lihat kembali ayat-ayat pada Poin 4)

7.  MENGETAHUI BAHWA ORANG YANG SABAR KETIKA TERTIMPA PENYAKIT MAKA BAGINYA KEBAIKAN, DAN SEBALIKNYA BAHWA ORANG YANG TIDAK SABAR MAKA IA TIDAK AKAN MENDAPAT PAHALA DAN KEBAIKAN DARI PENYAKIT TERSEBUT.
Perhatikan dan renungi sabda Nabi n berikut ini, semoga kita dapat semakin bijak dalam bersikap. Beliau bersabda:
عَجَبًا  ِلأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ  ِلأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ، إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ.
“Alangkah mengagumkan urusan seorang mukmin itu. Sungguh, semua urusannya adalah baik. Dan hal itu tidaklah didapat kecuali oleh seorang mukmin; bila ia memperoleh kenikmatan lalu bersyukur maka itu baik baginya, dan bila ia tertimpa suatu musibah lalu bersabar maka itu baik pula baginya.” (HR. Muslim)
Wallahu ta’ala a’lam.
(Oleh: M. Sulhan Jauhari)


FREE WORLDWIDE SHIPPING

BUY ONLINE - PICK UP AT STORE

ONLINE BOOKING SERVICE