Sesungguhnya Allah azza
wa jalla telah mewajibkan kepada kita shalat lima waktu sehari semalam,
sebagaimana Allah ta’ala juga telah mensyariatkan kepada kita
shalat-shalat sunnah. Maka semua shalat yang disyariatkan dalam Islam sebagai
tambahan dari shalat wajib dalam sehari semalam masuk dalam kategori shalat
sunnah.
Dari Thalhah bin
Ubaidillah z dia bercerita,
ada seseorang yang mendatangi Rasulullah n dalam keadaan
rambut acak-acakan, dimana gumaman suaranya terdengar, tetapi apa yang
dikatakannya itu tidak dapat dipahami, lalu ia mendekat dan bertanya tentang
Islam. Rasulullah n menjawab: “Shalat
lima waktu sehari semalam.”
Orang itu bertanya lagi:”
Apakah masih ada kewajiban lainnya selain shalat tersebut?” Beliau menjawab: “Tidak,
kecuali bila engkau melakukan shalat sunnah.” (HR. Bukhari, no. 46)
KEUTAMAAN SHALAT SUNNAH
Dari Abu Hurairah z berkata: "Rasulullah
n bersabda: “Sesungguhnya
amalan manusia yang pertama kali akan diperhitungkan pada hari kiamat kelak
adalah shalat. Beliau bersabda: Allah azza wa jalla berfirman kepada
malaikat-Nya –dan Dia lebih mengetahui– “Lihatlah shalat hamba-Ku, apakah dia
mengerjakan secara sempurna atau masih ada yang kurang? Jika shalat yang
dikerjakannya itu sempurna, akan ditetapkan sebagai shalat yang sempurna
baginya. Bila dia melakukan kekurangan, maka Allah azza wa jalla berfirman:
Lihatlah, apakah hamba-Ku itu mempunyai ibadah sunnah? Jika hamba itu memiliki
ibadah tambahan maka Dia akan berkata: Sempurnakanlah untuk hamba-Ku ibadah
wajibnya dengan ibadah sunnahnya, kemudian amal-amal itu diperhitungkan
berdasarkan yang demikian itu.“ (Diriwayatkan oleh empat penulis kitab Sunan
dan dishahihkan oleh Syaikh al-Albani)
MACAM-MACAM SHALAT SUNNAH
1.
SHALAT SUNNAH RAWATIB.
Ketahuilah, yang dimaksud
shalat sunnah rawatib adalah shalat-shalat yang dilakukan Rasulullah n beriringan dengan shalat
wajib lima waktu, sebelum atau sesudahnya. Hal ini telah diisyaratkan
Rasulullah n dalam sabda beliau:
“Tidaklah seorang hamba muslim mengerjakan shalat
karena Allah dalam satu hari sebanyak 12 rakaat berupa shalat sunnah bukan fardhu
melainkan Allah akan membangunkan baginya sebuah rumah di surga.“ (HR.
Muslim, no. 728)
Berikut shalat-shalat
sunnah rawatib tersebut:
(1). Shalat Sunnah Rawatib
Subuh.
Yaitu 2 rakaat sebelum
shalat subuh.
Dari Aisyah x dari Rasulullah n beliau bersabda:
رَكْعَتَا اْلفَجْرِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيْهَا.
“Dua rakaat sebelum subuh lebih baik daripada dunia dan
seisinya.” (HR. Muslim, no.
725)
(2). Shalat Sunnah
Rawatib Zhuhur.
Yaitu 2 rakaat sebelum
zhuhur dan 2 rakaat setelahnya. Ibnu Umar z berkata:
حَفِظْتُ مِنْ رَسُوْلِ اللهِ عَشْرَ رَكَعَاتٍ: رَكْعَتَيْنِ قَبْلَ الظُّهْرِ وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَهَا.
“Aku
menghapal 10 rakaat dari Nabi n: (di antaranya)
2 rakaat sebelum zhuhur dan 2 rakaat setelahnya.” (HR. Bukhari, no. 80 &
1181)
Atau 4 rakaat sebelum zhuhur dan 2 rakaat setelahnya.
Aisyah x berkata:
كَانَ يُصَلِّيْ فِي بَيْتِيْ قَبْلَ الظُّهْرِ أَرْبَعًا ثُمَّ يَخْرُجُ فَيُصَلِّي بِالنَّاسِ ثُمَّ يَدْخُلُ فَيُصَلِّيْ رَكْعَتَيْنِ.
“Rasulullah
n dahulu biasa shalat 4
rakaat di rumahku sebelum shalat zhuhur, lalu beliau berangkat dan mengerjakan
shalat bersama orang-orang, kemudian beliau masuk rumah lagi dan mengerjakan 2
rakaat.” (HR. Muslim, no. 730)
Demikian pula, boleh
mengerjakannya sebanyak 4 rakaat sebelum zhuhur dan 4 rakaat setelahnya.
Ummu Habibah x berkata: Aku mendengar
Rasulullah n bersabda:
مَنْ حَافَظَ عَلىَ أَرْبَعِ رَكَعَاتٍ قَبْلَ الظُّهْرِ وَأَرْبَعٍ بَعْدَهَا حَرَّمَهُ اللَّهُ عَلَى النَّارِ.
“Barang siapa memelihara shalat 4 rakaat sebelum zhuhur
dan 4 rakaat setelahnya, niscaya Allah akan mengharamkannya dari api neraka.” (HR. Tirmidzi, no.428,
Ibnu Majah 1/191 dan dishahihkan oleh Syaikh al-Albani)
(3). Shalat Sunnah
Rawatib Ashar.
Yaitu 4 rakaat sebelum
ashar.
Dari Ibnu Umar z ia berkata: Rasulullah n bersabda:
رَحِمَ اللَّهُ امْرَأً صَلَّى قَبْلَ الْعَصْرِ أَرْبَعًا.
“Semoga
Allah merahmati seseorang yang shalat 4 rakaat sebelum ashar.” (HR. Ahmad IV/203,
Tirmidzi no.430, Abu Dawud I/238, dan dishahihkan oleh Syaikh al-Albani)
(4). Shalat Sunnah Rawatib
Maghrib.
Yaitu 2 rakaat setelah
maghrib. Dalilnya adalah hadits Aisyah z berikut:
وَكَانَ n
يُصَلِّي بِالنَّاسِ اْلمَغْرِبَ ثُمَّ يَدْخُلُ فَيُصَلِّيْ رَكْعَتَيْنِ.
“Dan
Rasulullah n dahulu shalat maghrib
bersama orang-orang, kemudian masuk rumah dan melakukan shalat 2 rakaat.” (HR.
Muslim, no. 730)
(5). Shalat Sunnah Rawatib
Isya’.
Yaitu 2 rakaat setelah
isya`. Hal ini sebagaimana dijelaskan Ibnu Umar z, ia berkata: “Aku menghapal 10 rakaat dari Nabi:
(diantaranya) dan 2 rakaat setelah isya’ di rumahnya.” (HR. Bukhari
& Muslim)
2.
SHALAT MALAM DAN SHALAT WITIR.
Dari Abu Hurairah z, dia berkata,
Rasulullah n bersabda :
أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ شَهْرِ رَمَضَانَ شَهْرُ اللهِ اْلمُحَرَّمِ، وَأَفْضَلُ الصَّلاَةِ بَعْدَ الْفَرِيْضَةِ صَلاَةُ اللَّيْلِ.
“Sebaik-baik
puasa setelah bulan Ramadhan adalah bulan Allah al-Muharram, dan sebaik-baik
shalat setelah shalat wajib adalah shalat malam.” (HR. Muslim, no. 1163)
Beliau n bersabda tentang
shalat witir:
اِجْعَلُوْا آخِرَ صَلاَتِكُمْ بِاللَّيْلِ وِتْرًا.
“Jadikanlah
witir sebagai akhir shalat kalian pada malam hari.” (HR. Bukhari, no. 998,
Muslim, no. 751)
Di antara contoh shalat
malam adalah shalat tarawih pada malam-malam bulan Ramadhan yang disyariatkan
pelaksanaanya secara berjamaah, karena di dalmnya terdapat keutamaan yang
agung.
3.
SHALAT DHUHA.
Dari Abu Dzar z, dari Nabi n, beliau bersabda: “Bagi
setiap ruas tulang seorang di antara kalian harus disedekahi. Setiap Tasbih
(Subhanallah) adalah sedekah, setiap Tahmid (Alhamdulillah) adalah sedekah,
setiap Tahlil (laa ilaha illallah) adalah sedekah, setiap Takbir (Allahu Akbar)
adalah sedekah, menyuruh berbuat baik adalah sedekah, dan mencegah kemungkaran
juga sedekah. Semua itu bisa disetarakan pahalanya dengan melaksanakan 2 rakaat
shalat dhuha.” (HR. Muslim, no. 720)
Disyariatkan bagi setiap
muslim untuk melakukannya sebanyak 2, 4, 6, 8, atau 12 rakaat. Semuanya telah
ditetapkan oleh Rasulullah n di dalam hadits.
(Dalam hadits hasan. Lihat: Shohih at-Targhib wa at-Tarhib, karya
al-Albani, jilid 1, hlm. 279)
Ada pula yang berpendapat
bahwa sholat dhuha minimal 2 rakaat dan maksimat 8 rakaat. (Lihat: al-Wajiz,
Abdulazhim Badawi, hlm. 113)
4.
SHALAT 2 RAKAAT SETELAH WUDHU.
Disyariatkan bagi setiap
muslim untuk mengerjakan shalat 2 rakaaat setelah berwudhu. Karena keutamaannya
yang begitu besar dan kebaikannya yang begitu banyak.
Dari Uqbah bin Amir z, dia bercerita, kami
pernah bertugas menggembalakan kambing. Saat tiba giliranku, aku
mengistirahatkan gembalaanku, lalu aku melihat Rasulullah n berdiri sambil berbicara
kepada orang-orang. Aku mendengar sebagian sabda beliau:
مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَتَوَضَّأُ فَيُحْسِنُ وُضُوْءَهُ، ثُمَّ يَقُوْمُ فَيُصَلِّي رَكْعَتَيْنِ مُقْبِلٌ عَلَيْهِمَا بِقَلْبِهِ وَوَجْهِهِ، إِلاَّ وَجَبَتْ لَهُ الْجَنَّةُ.
“Tidaklah
seorang muslim berwudhu dan menyempurnakan wudhunya, lalu ia mengerjakan shalat
2 rakaat dengan menghadirkan hati dan menghadapkan wajahnya melainkan wajib
baginya surga.” (HR. Bukhari,
no.159, Muslim, no.226)
5.
SHALAT TAHIYATUL MASJID.
Bagi setiap muslim yang
baru masuk masjid, sebelum duduk hendaklah ia melakukan shalat 2 rakaat. Sebab Rasulullah
n pernah bersabda:
إِذَا دَخَلَ أَحَدُكُمْ المَسْجِدَ، فَلْيَرْكَعْ رَكْعَتَيْنِ قَبْلَ أَنْ يَجْلِسَ.
“Bila
seorang dari kalian masuk masjid, hendaklah ia melakukan shalat 2 rakaat
sebelum duduk.” (HR. Bukhari,
no. 444, Muslim, no. 714)
6.
SHALAT ANTARA ADZAN DAN IQOMAH.
Dari Abdullah bin
Mughoffal z, ia berkata: Rasulullah n bersabda:
بَيْنَ كُلِّ أَذَانَيْنِ صَلاَةٌ، بَيْنَ كُلِّ أَذَانَيْنِ صَلاَةٌ ( ثُمَّ قَالَ فِي الثَّالِثَةِ ) لِمَنْ شَاءَ.
“Di
antara tiap 2 adzan terdapat shalat, antara tiap 2 adzan terdapat shalat. (Kemudian
pada ketiga kalinya beliau bersabda): Bagi yang menghendaki.” (HR.
Bukhari, no. 627, Muslim, no. 838)
Maksud “Di antara tiap 2 adzan” di atas adalah waktu antara adzan
dan iqamah.
7.
SHALAT SUNNAH MUTLAK SEBELUM JUM’AT.
Tidak ada keterangan dari
Nabi n tentang shalat sunnah
qabliyah (sebelum) jum’at. Yang ada ialah shalat sunnah mutlak.
Nabi n bersabda: “Barang
siapa mandi dan menghadiri shalat jumat, lalu ia mengerjakan shalat yang telah
ditetapkan baginya, kemudian diam hingga imam selesai dari khutbahnya, kemudian
dia mengerjakan shalat bersamanya, maka ia akan diampuni antara satu jumat
dengan jumat yang lainnya ditambah 3 hari.” (HR. Muslim, no. 857)
8.
SHALAT SUNNAH SETELAH JUM’AT.
Dalam hal ini Rasulullah n bersabda:
إِذَا صَلَّى أَحَدُكُمُ الْجُمُعَةَ فَلْيُصَلِّ بَعْدَهَا أَرْبَعًا.
“Apabila seorang dari kalian
mengerjakan shalat jumat, hendaklah dia mengerjakan shalat 4 rakaat setelahnya.” (HR. Muslim, no. 882)
Dari Ibnu Umar z, bahwasanya Nabi n dahulu pernah tidak
mengerjakan shalat sunnah (di masjid) setelah shalat jum’at hingga beliau
pulang, lalu beliau mengerjakan shalat 2 rakaat di rumahnya. (HR. Bukhari, 937,
Mulsim, no. 822)
InsyaAllah bersambung ....
(Oleh: Rifqi
Hidayat)
No comments:
Post a Comment